waktu itu hari sabtu.. cuacanya mendung.. aku pikir langit akan menangis... bahkan malam sebelumnya ku harap hujan tak akan turun.. aku ingin melihat matahari dengan senyumnya yang menghangatkan.. beberapa hari yang lalu.. Aku hanya bisa terkulai lemas di atas tempat tidur.. rasa sakit itu lagi-lagi menimpaku.. penyakit yang nampaknya akrab ditubuhku.. di tambah lagi.. kata dokter aku "alergi dingin" karena hari sebelumnya aku nekat bermain bersama hujan yang tiga hari belakangan itu turun tanpa jeda.. mendengar kata dokter yang memfonisku "alergi dingin" membuat mbah putriku sontak tertawa terbahak-bahak, katanya "bagaimana bisa si anak hujan alergi dingin, anak yang saat di dalam kandungan memaksa ibunya untuk menunggu hujan turun, memaksa ibunya untuk menadahkan air hujan untuk diminum, bahkan mandipun harus dengan air hujan, lalu saat dilahirkan pun, ditemani hujan angin yang super duper kencang bisa alergi terhadap dingin."
Hari itu jumat... sebuah nomer tak dikenal masuk ke dalam daftar panggilan
masuk di ponselku. ia memberitahukan aku untuk datang mengikuti tes pada hari
sabtu.. Alhamdulillah akhirnya, panggilan pertamaku untuk bekerja terjawab
sudah.. meskipun baru tes awal.. sakit membawa berkah judulnya hehehe.. lalu,
sabtu yang ku bicarakan tadi muncul.. nampaknya memang benar.. hanya ada
kumpulan awan pekat tanpa hujan.. seperti biasa, aku duduk di pojokan,
menyendiri, sedangkan yang lainnya berbaur, entahlah aku merasa sedikit asing,
apa karena mereka rata-rata sudah berkeluarga dan terpaut jauh lebih tua
dariku. hari itu aku berdandan, eh tidak, berbusana anggun dan rapi sekali,
atasan batik ungu, jilbab ungu muda dan rok. rasanya bagaikan ibu-ibu pejabat,
hohohoho. tes dimulai, seorang psikolog mengetes kami. katanya 9 jam akan
dilakukan psikotes.. (hah s e m b i l a n jam)
Aku melamar menjadi seorang guru TK di sebuah rumah sakit ternama di kota ku, ckckck menjadi guru TK tak pernah terbayangkan olehku.. aku suka anak kecil, tapi mengajar anak kecil jauh lebih sulit dibanding mengajar anak - anak yang tergolong remaja. Aku belum pernah mempunyai pengalaman bekerja sebelumnya, jadi ini merupakan tes pertamaku, ada seorang mbak-mbak bertanya kepadaku.. "jika dilakukan tes wawancara, kenapa kamu berminat bekerja disini sebagai guru TK, apa yang akan kamu jawab.?"
"iseng daftar sebenarnya” Ia memarahiku, tapi aku hanya tertawa.. “iyah mba.. aku ngga akan menjawab segegabah itu.”
Aku melamar menjadi seorang guru TK di sebuah rumah sakit ternama di kota ku, ckckck menjadi guru TK tak pernah terbayangkan olehku.. aku suka anak kecil, tapi mengajar anak kecil jauh lebih sulit dibanding mengajar anak - anak yang tergolong remaja. Aku belum pernah mempunyai pengalaman bekerja sebelumnya, jadi ini merupakan tes pertamaku, ada seorang mbak-mbak bertanya kepadaku.. "jika dilakukan tes wawancara, kenapa kamu berminat bekerja disini sebagai guru TK, apa yang akan kamu jawab.?"
"iseng daftar sebenarnya” Ia memarahiku, tapi aku hanya tertawa.. “iyah mba.. aku ngga akan menjawab segegabah itu.”
Entah ini lamaran keberapa yang telah aku kirim ke sekolah bahkan
perusahaan-perusahaan.. namun belum ada tanda-tanda positif lamaranku akan
diterima.. hari berikutnya.. aku membawa lamaranku ke sebuah perusahaan swasta.
Dan beberapa hari kemudian aku di panggil untuk mengikuti tes.. rasanya aneh..
kami (peserta tes) di minta oleh manager perusahaan tersebut untuk melayani
masyarakat sebagai tes awal kami, setelah itu tes tertulis dan kemudian tes
wawancara. Seperti perintah sang manager kami harus melayani masyarakat sebagai
tes awal dengan ditemani oleh seorang supervisor untuk satu orang peserta..
supervisorku bernama Mas Zul..
Dengan mengendarai si biru (sebutan
motor maticku)kami pergi menyusuri jalan.. Ya Allah, perasaanku tidak
karuan.. was-was bercampur tegang.. pikiran-pikiranku sudah membentuk
simpul-simpul yang aneh.. “kemana aku
akan di bawa?” “tempat tepencil dan terpelosok sekali. Jangan-jangan.......”
“Mas... kita mau kemana? Daerah apa ini?”
dengan pandangan yang tetap fokus.. Ia hanya tertawa dan berkata “tidak tahu dek, ini pertama kalinya saya kesini.”
etdaaaaaaaaaaaaaaaaaaaahhhh aku Cuma meresponnya dengan gelengan kepala berulang-ulang.
Masyarakat disini seperti terisolir, jauh dari hiruk pikuk pusat kota, yang ada hanya hamparan sawah yang sangat luas, dengan suara gemericik air yang rasanya sangat menenangkan.
“turun disini ya dek, kita titip motor dulu.” Sahutnya.
“Mas... kita mau kemana? Daerah apa ini?”
dengan pandangan yang tetap fokus.. Ia hanya tertawa dan berkata “tidak tahu dek, ini pertama kalinya saya kesini.”
etdaaaaaaaaaaaaaaaaaaaahhhh aku Cuma meresponnya dengan gelengan kepala berulang-ulang.
Masyarakat disini seperti terisolir, jauh dari hiruk pikuk pusat kota, yang ada hanya hamparan sawah yang sangat luas, dengan suara gemericik air yang rasanya sangat menenangkan.
“turun disini ya dek, kita titip motor dulu.” Sahutnya.
Kami berjalan ke salah satu rumah warga yang tak kami kenal, dengan baik
hatinya si Ibu itu mengijinkan kami menitipkan motor untuk beberapa saat. Aku
berjalan menelusuri sawah dengan kondisi jalan yang becek dengan sepatu
pantopel hitam berhak 3cm (karena awalnya aku pikir tesnya akan sama dengan tes
yang dilakukan di Rumah sakit itu).
“sudah tau seperti apa sistematika kerjanya dek?”
Aku menggeleng, “si managernya kebanyakan curhat masalah pribadinya mas, sama kenalin perusahaannya bergerak di bidang apa, itupun hanya garis besarnya saja.”
Aku menggeleng, “si managernya kebanyakan curhat masalah pribadinya mas, sama kenalin perusahaannya bergerak di bidang apa, itupun hanya garis besarnya saja.”
“ya sudah kalau begitu kamu perhatikan saya saja ya dek.” Aku hanya menurut
seperti anak ayam.. setiap centi langkah kakinya pasti ku ikuti, setelah
melampui jalan yang becek dan berlumpur itu, kami mendekati salah seorang
warga.. ia menyapanya dengan menggunakan bahasa daerah.. uuuhh uhhh aku mana
mengerti >,< 1 kata saja yang bisa ku tangkap yakni sosialisasi masalah
biogas.
Rumah pertama bisa dikatakan gagal, rumah kedua dan seterusnya, hingga kami berhenti tepat di depan rumah kepala dusun. Syukurlah tak seperti rumah-rumah sebelumnya, kepala dusun menyambut kami hangat, dan untungnya lagi, ia tidak menggunakan bahasa daerah. Aku terkesima melihat sang supervisorku bermain dengan api, memutar-mutar selang dan tabung gas, sembari pikiranku masih melayang-layang mencari tujuan sebenarnya dari hal ini. SALES akhirnya ku dapatkan kesimpulan itu di ujung pertemuan kami dengan kepala dusun. Seketika semangatku menjadi turun drastis. Segelas teh hangat yang tersaji membuatku sedikit menerawang..
“ya Allah.. profesi seperti ini yang dulu pernah singgah di rumahku, menawarkan sebuah produk, berjalan belasan hingga puluhan kilometer, bermandi peluh sembari menentang matahari, kadang mereka menghadapi cacian, ribuan penolakan. Kini aku harus berada di posisi ini.”
Setiap kali kami melangkahkan kaki ia selalu bertanya padaku “apakah kamu lelah de?” seolah ia bisa membaca pikiranku “kalau lelah bilang saja lelah.” Aku menggeleng.
“gengsi ya dek, seorang sarjana harus bekerja seperti ini.”
aku terbelalak kaget.. “Ngga pernah ada kata gengsi mas untuk sesuap nasi. Hahahahaa.” “Aku mulai tertarik mas, karena sepertinya ini seru.. melatih mental.” Jawabku optimis.
entah sudah berapa ribu langkah kami menelusuri perkampungan itu, banyak cerita di masing-masing kampung, mulai dari kami yang di anggap sebagai orang yang ingin meminta sumbangan, sedikit mendapatkan kata-kata kasar, di tutupin pintu, bahkanmengusir kami sedikit agak kasar. Ya Allah ini perjuangan..
Matahari sudah tinggi... waktunya menghadap sang pencipta.. di beranda surau itu Aku duduk melamun.. INI PENGALAMAN LUAR BIASA dalam hidupku.. benar-benar luar biasa.. aku mengeluarkan buku psikotes bolak balik mengerjakan soal-soal itu dan kemudian menyerah kalah pada soal matematika. Mas Zul mendekat memerhatikan soal itu dan dalam hitungan detik ia mampu menjawabnya, begitupun dengan soal matematika yang lain, ia mengajarkanku jalan singkat untuk mengerti semua rumus-rumus tadi.
“waaaaaaaw,, mas keren, dulu jurusan apa mas?”
dia Cuma tersenyum, kemudian melanjutkan mengajariku lagi matematika, sampai akhirnya Ia menceritakan pengalaman hidupnya, perjuangannya, ambisinya kedepan, dan menceritakan gelar yang sudah di sandangnya “seorang sarjana dengan prestasi yang cemerlang.”
hari hampir petang, kemudian kami memutuskan untuk kembali saja ke perusahaan, melanjutkan tes tertulis dan wawancaraku. Dalam sesi wawancara si manager bertanya bagaimana perasaanku hari ini.. hatiku berkata “Syukur Alhamdulillah saya punya kesempatan yang besar seperti ini, pengalaman yang berharga satu hari ini.” Dengan senyum yang mengembang ku kabarkan pada mas zul aku lulus, ia tersenyum.. dan berkata “kamu ini... semangat sekali dari pagi tadi, si anak manja yang ceria.” “Oke kita tim.” Ia mengulurkan kepalan tangannya dan mengisyaratkan agar aku sesegera mungkin membalasnya.
keesokan harinya... Aku tak bisa hadir.. terserang demam.. seharian kemarin aku tidak makan sama sekali.. mungkin masuk angin, di lain pihak, tanteku melarangku untuk ikut bekerja lagi.. umm aku merasa bersalah kepada supervisorku itu, karena aku pula kemarin kami tidak dapat menjual produk satupun, dan itu artinya ia tak mendapatkan uang hari itu, ditambah lagi aku tidak masuk bekerja dan memutuskan untuk berhenti. Tapi.. pengalaman ini sungguh luar biasa.. YA ALLAH terimakasih atas semuanya.. Insyaallah akan terus berusaha dan bersemangat.. keep ikhtiar ^___< !!!
Rumah pertama bisa dikatakan gagal, rumah kedua dan seterusnya, hingga kami berhenti tepat di depan rumah kepala dusun. Syukurlah tak seperti rumah-rumah sebelumnya, kepala dusun menyambut kami hangat, dan untungnya lagi, ia tidak menggunakan bahasa daerah. Aku terkesima melihat sang supervisorku bermain dengan api, memutar-mutar selang dan tabung gas, sembari pikiranku masih melayang-layang mencari tujuan sebenarnya dari hal ini. SALES akhirnya ku dapatkan kesimpulan itu di ujung pertemuan kami dengan kepala dusun. Seketika semangatku menjadi turun drastis. Segelas teh hangat yang tersaji membuatku sedikit menerawang..
“ya Allah.. profesi seperti ini yang dulu pernah singgah di rumahku, menawarkan sebuah produk, berjalan belasan hingga puluhan kilometer, bermandi peluh sembari menentang matahari, kadang mereka menghadapi cacian, ribuan penolakan. Kini aku harus berada di posisi ini.”
Setiap kali kami melangkahkan kaki ia selalu bertanya padaku “apakah kamu lelah de?” seolah ia bisa membaca pikiranku “kalau lelah bilang saja lelah.” Aku menggeleng.
“gengsi ya dek, seorang sarjana harus bekerja seperti ini.”
aku terbelalak kaget.. “Ngga pernah ada kata gengsi mas untuk sesuap nasi. Hahahahaa.” “Aku mulai tertarik mas, karena sepertinya ini seru.. melatih mental.” Jawabku optimis.
entah sudah berapa ribu langkah kami menelusuri perkampungan itu, banyak cerita di masing-masing kampung, mulai dari kami yang di anggap sebagai orang yang ingin meminta sumbangan, sedikit mendapatkan kata-kata kasar, di tutupin pintu, bahkanmengusir kami sedikit agak kasar. Ya Allah ini perjuangan..
Matahari sudah tinggi... waktunya menghadap sang pencipta.. di beranda surau itu Aku duduk melamun.. INI PENGALAMAN LUAR BIASA dalam hidupku.. benar-benar luar biasa.. aku mengeluarkan buku psikotes bolak balik mengerjakan soal-soal itu dan kemudian menyerah kalah pada soal matematika. Mas Zul mendekat memerhatikan soal itu dan dalam hitungan detik ia mampu menjawabnya, begitupun dengan soal matematika yang lain, ia mengajarkanku jalan singkat untuk mengerti semua rumus-rumus tadi.
“waaaaaaaw,, mas keren, dulu jurusan apa mas?”
dia Cuma tersenyum, kemudian melanjutkan mengajariku lagi matematika, sampai akhirnya Ia menceritakan pengalaman hidupnya, perjuangannya, ambisinya kedepan, dan menceritakan gelar yang sudah di sandangnya “seorang sarjana dengan prestasi yang cemerlang.”
hari hampir petang, kemudian kami memutuskan untuk kembali saja ke perusahaan, melanjutkan tes tertulis dan wawancaraku. Dalam sesi wawancara si manager bertanya bagaimana perasaanku hari ini.. hatiku berkata “Syukur Alhamdulillah saya punya kesempatan yang besar seperti ini, pengalaman yang berharga satu hari ini.” Dengan senyum yang mengembang ku kabarkan pada mas zul aku lulus, ia tersenyum.. dan berkata “kamu ini... semangat sekali dari pagi tadi, si anak manja yang ceria.” “Oke kita tim.” Ia mengulurkan kepalan tangannya dan mengisyaratkan agar aku sesegera mungkin membalasnya.
keesokan harinya... Aku tak bisa hadir.. terserang demam.. seharian kemarin aku tidak makan sama sekali.. mungkin masuk angin, di lain pihak, tanteku melarangku untuk ikut bekerja lagi.. umm aku merasa bersalah kepada supervisorku itu, karena aku pula kemarin kami tidak dapat menjual produk satupun, dan itu artinya ia tak mendapatkan uang hari itu, ditambah lagi aku tidak masuk bekerja dan memutuskan untuk berhenti. Tapi.. pengalaman ini sungguh luar biasa.. YA ALLAH terimakasih atas semuanya.. Insyaallah akan terus berusaha dan bersemangat.. keep ikhtiar ^___< !!!
0 comments:
Post a Comment