Di
suatu petang... selepas hujan.. aku dan
kedua sahabatku berlarian gaduh sambil sesekali tertawa cekikkan memecah
keheningan petang itu... ahahaha.. cuaca mendung dan sangat berawan.. terang
saja... langit biru baru saja usai menangis.. pikirku... lalu ku lemparkan
wajah polosku yang kira – kira saat itu baru berusia 9 tahunan.. umhh.. kelas 3
Sd lah.. ahahhaaha.. (masi polos sekali bukan)... dengan baju yang masih basah dan hampir
seluruh wajah dan tubuh kami di balut lumpur... kami masih saja fokus pada
kubangan kubangan yang tercipta dari gumpalan hujan yang nampak tak ramah
tadi... suara berat dan paruh baya itu
memanggil kami satu persatu... kami acuhkan... kemudian suara yang sama namun
sedikit kasar tadi memanggil kami, dan kemudian kami mendekat, karena nampaknya
jika kami tak menghiraukan seruan itu dengan sesegera mungkin, kami akan di lumat habis dengan serentetan
omelan yang akan membuat kuping kami bertiga panas...
Beliau,
yang kupanggil bapak eta itu mengumpulkan kami bertiga yang nampak lusuh
seperti pengemis, lalu di dudukkannya kami berjejer rapi di pinggir jalan
belakang rumah... tak dimarahi.. tapi di berikan sebuah cerita... kami bertiga sontak tertawa terbahak bahak...
eta yang sedari tadi sibuk dengan kaos singlet putih yang berubah kecoklatan itu
sambil menyimak sesekali gurauan bapaknya, berteriak sedikit histeris.. PELANGI... tatapnya kagum, kemudian
bangkit dari duduk nya dan berteriak.. itu itu ituu pelangiiiii sambil
berjingkrakkan sesekali dan menunjuk ke arah pelangi yang tersenyum indah...
Bapak eta memerintahkan kami untuk kembali ke posisi semula... berjejer rapi seperti tadi.. “kalian tau...” ujarnya sambil membuka percakapan baru. “pelangi itu punya cerita.” Lanjutnya.. kita bertiga hanya terperangah, menahan antusias. “di atas awan ada sebuah kerajaan kecil... kerajaan itu di huni oleh 3 bidadari cantik.. masing masing bidadari mempunyai sebuah selendang.. dikala hujan selendang mereka basah, dan akan mereka jemur setelah hujan reda, tidak setiap hari memang, tapi kalau beruntung pasti akan menemukannya.” Aku yang sedari tadi mencerna kata – kata bapak eta, hanya bisa larut dalam imajinasiku sendiri, berharap aku juga bisa seperti bidadari yang menjemur selendang selendang indahnya dan kemudian menjadikannya pelangi..
“lalu pak, bagaimana cara kita bisa menemukan pelangi???” tandas dwi sahabatku yang lain..
“ng. Itu sedikit susah.. karna tak setiap hari selendang bidadari akan di jemur, tapi kalian tau, kalau pelangi itu mempunyai ujung??” tanya nya gamang.. kami bertiga kompak menggeleng, “jadi sudut itu yah pak.” Jawabku menyelidik sambil mengarahkan telunjukku mengikuti bentuk pelangi yang nampak tersenyum itu.”
“iyah ujung yang itu, dari situ ke situ” jawabnya sambil ikut mengarahkan jemarinya ke arah pelangi yang seolah hanya beberapa kilo dari tempat kami berada.. “kalau kalian mendapatkan ujung pelangi itu, harapan kalian bisa terwujud, karena disana banyak berkumpul bidadari yang akan menyambut kalian” timpal pak eta..
Bapak eta memerintahkan kami untuk kembali ke posisi semula... berjejer rapi seperti tadi.. “kalian tau...” ujarnya sambil membuka percakapan baru. “pelangi itu punya cerita.” Lanjutnya.. kita bertiga hanya terperangah, menahan antusias. “di atas awan ada sebuah kerajaan kecil... kerajaan itu di huni oleh 3 bidadari cantik.. masing masing bidadari mempunyai sebuah selendang.. dikala hujan selendang mereka basah, dan akan mereka jemur setelah hujan reda, tidak setiap hari memang, tapi kalau beruntung pasti akan menemukannya.” Aku yang sedari tadi mencerna kata – kata bapak eta, hanya bisa larut dalam imajinasiku sendiri, berharap aku juga bisa seperti bidadari yang menjemur selendang selendang indahnya dan kemudian menjadikannya pelangi..
“lalu pak, bagaimana cara kita bisa menemukan pelangi???” tandas dwi sahabatku yang lain..
“ng. Itu sedikit susah.. karna tak setiap hari selendang bidadari akan di jemur, tapi kalian tau, kalau pelangi itu mempunyai ujung??” tanya nya gamang.. kami bertiga kompak menggeleng, “jadi sudut itu yah pak.” Jawabku menyelidik sambil mengarahkan telunjukku mengikuti bentuk pelangi yang nampak tersenyum itu.”
“iyah ujung yang itu, dari situ ke situ” jawabnya sambil ikut mengarahkan jemarinya ke arah pelangi yang seolah hanya beberapa kilo dari tempat kami berada.. “kalau kalian mendapatkan ujung pelangi itu, harapan kalian bisa terwujud, karena disana banyak berkumpul bidadari yang akan menyambut kalian” timpal pak eta..
kita
bertiga berlari berhamburan tanpa di komando.. berlomba mengejar ujung
pelangi.. dengan ribuan antusias dan jutaan semangat membuncah dalam hati
kami... hahahahahaha, baru seperempat perjalanan.. aku berteriak.. “tung..
guuu” sambil terengap – engap dan mencoba menghirup oksigen sebanyak banyaknya dan
sesekali mencegah langkah kaki ku semakin jauh meninggalkan bayangan bapak eta
yang sedari tadi mengawasi kami...
aku
kembali ke rumah dengan wajah muram dan sedikit putus asa, di sambutnya dengan
pelukan hangat ibuku dan mendaratkan usapan lembut di atas kepalaku..
(ahahahaha akuu suka saat – saat seperti ini)
ku ceritakan apa saja yang ku alami tadi dengan guratan masam... mama membiarkanku bercerita, lalu di hadiahkannya sebuah senyum lembut penuh makna itu kepadaku.. “yang di anggapnya bidadari itu kalian bertiga, jika kalian berusaha sekuat tenaga menemukan sesuatu dan akhirnya nihil, kalian jangan pantang menyerah untuk menemukan sesuatu.” Aku kemudian berlari menuju rumah Eta.. tersenyum bangga.. ingin ku pamerkan jawaban cerdas ibuku pada eta dan bapak eta khususnya... dengan gerasak gerusuk aku yang kala itu masih berumur 9 tahun berkata pada eta dengan berkacak pinggang.. aku hampir menemukan ujung pelangi.. dan tiba-tiba bapak eta keluar.. ia tersenyum padaku, dan kemudian ku tuturkan apa yang disampaikan mama kepadaku.. pak eta menatapku dan menyibak poni –dora- ku lalu berkata : “hahaha, benar sekali bidadari kecil bapak... ujung pelangi harus kamu temukan dalam dirimu sendiri, taukah kamu sebenarnya apa yang bapak maksud dengan ujung pelangi... ujung pelangi adalah impian, adalah rangkaian kecil mimpi... meskipun seperti nihil, tapi secara tidak langsung kamu akan menemukannya pada dirimu sendiri, yakni kenyataan.”
ku ceritakan apa saja yang ku alami tadi dengan guratan masam... mama membiarkanku bercerita, lalu di hadiahkannya sebuah senyum lembut penuh makna itu kepadaku.. “yang di anggapnya bidadari itu kalian bertiga, jika kalian berusaha sekuat tenaga menemukan sesuatu dan akhirnya nihil, kalian jangan pantang menyerah untuk menemukan sesuatu.” Aku kemudian berlari menuju rumah Eta.. tersenyum bangga.. ingin ku pamerkan jawaban cerdas ibuku pada eta dan bapak eta khususnya... dengan gerasak gerusuk aku yang kala itu masih berumur 9 tahun berkata pada eta dengan berkacak pinggang.. aku hampir menemukan ujung pelangi.. dan tiba-tiba bapak eta keluar.. ia tersenyum padaku, dan kemudian ku tuturkan apa yang disampaikan mama kepadaku.. pak eta menatapku dan menyibak poni –dora- ku lalu berkata : “hahaha, benar sekali bidadari kecil bapak... ujung pelangi harus kamu temukan dalam dirimu sendiri, taukah kamu sebenarnya apa yang bapak maksud dengan ujung pelangi... ujung pelangi adalah impian, adalah rangkaian kecil mimpi... meskipun seperti nihil, tapi secara tidak langsung kamu akan menemukannya pada dirimu sendiri, yakni kenyataan.”
Aku
tak begitu meresapi kata-kata bapak eta... karena memang, otakku belum
menjangkau sepenuhnya apa yang di ungkapkan pak Eta panjang lebar.. tetap saja
menurutku.. warna pelangi itu tiga.. merah, kuning, dan hijau (seperti lirik
yang ada pada lagu) lengkungan pelangi seperti senyuman yang terbalik.. hmm
kadang terlihat seperti jembatan.. aku yang kala itu sudah memiliki imajinasi
yang cukup tinggi sering berkhayal untuk bisa meniti jembatan pelangi, kemudian
menetapkan cita – cita sebagai seorang astronot yang akan bisa membawa pulang
cahaya bintang dan mengambil sedikit senyuman pelangi bahkan selendang bidadari
..... ahahahahah bodoh sekali ^__^v
15 comments:
jadi, apakah bidadari yang satu ini sudah menemukan ujung pelanginya?
--waktu aku kecil, katanya di ujung pelangi itu, ada emas~ hehehe ^^ bahkan sampai sekarang aku masih mempercayainya :)
biasa bapak itu pengen memnnunjukkan kebijaksanaannya, tapi kita sulit memahaminya ya.
ayooo semangat menangkap pelangi
mantap cha....
ni q agoes soepriyanto
Huwaaaaaaaaaa..... Pelangi-pelangi... wkwkwkwkwk
cocok sekali ma temanya... hehehe (^__^)
ranger ijo hadirrrrrrr. . . .
nurma... >:d<
belum saatnya... masi mencari ujung pelangi... jika kutemukan takkkan kulepaskan... hahahahahahaa :D
pak rusydi hikmawan...
yihaaaaaaaaaaaa.. \:d/ orang tua selalu saja punya cara untuk mengajarkan suatu kebaikan kepada anak anaknya.. bukan begittuuu >__<
hime >:d< iyahh donk ^^
kan kan kannn... keren ini,, ahahahaaaaa
kid =__=" nda penting sekalii.. >:p ahahhaaa
agus makasiii ^__^m
suka kata yang ini
ujung pelangi adalah impian, adalah rangkaian kecil mimpi... meskipun seperti nihil, tapi secara tidak langsung kamu akan menemukannya pada dirimu sendiri, yakni kenyataan.!!!
dalam fisika warna pelangi itu mejikuhibiniu,,,,,
dalam lagu merah kuning hijua,,,,,,
tapi di mata ku hanya merah saja,,,,,,,
merah di wajah mu ketika tersenyum malu,,,,,,,,
kumbang...pak kumbang.. hahahahaaa mkasii bapak ^__^ super sekali =)) =))
aihhh bapak ferdi... =)) =))
tau sajja senyum saia manis.. ckckckckck >__<
:D :D :D
jilbab :">
sukasuka =))=))
Post a Comment